Skip to main content

Review Apartemen Airbnb Paris


Selama dua minggu jalan-jalan di Eropa, tujuh malam kami habiskan di Paris. Untuk menghemat pengeluaran makan, saya memilih akomodasi yang menyediakan fasilitas dapur agar bisa memasak sendiri. Di Paris, apartemen menjadi pilihan terbaik. 

Mencari apartemen bisa melalui website booking penginapan biasanya seperti Hotelscombined. Tapi biasanya yang muncul brand seperti Citadines dan Adagio, serviced apartment atau aparthotel yang tarifnya cukup mahal. Alternatif yang lebih murah adalah mencari via airbnb. Di airbnb, yang menyewakan apartemen adalah 'orang-orang biasa' yang punya tempat kosong untuk disewa dalam jangka pendek.

Cara mencari penginapan menggunakan airbnb sudah pernah saya tulis di sini.

Dari beberapa alternatif apartemen yang masuk ke wishlist kami, Si Ayah memilih yang tarifnya paling murah (of course!), sementara saya tentu memilih yang paling cantik :)) Apartemen yang kami sewa selama 7 hari ini milik Julien, letaknya sangat strategis di dekat taman Tuileries dan hanya tujuh menit jalan kaki ke Museum Louvre.

Untuk menginap tujuh malam di Paris, kami membayar Rp 11.135.446 dengan kurs 1 Euro = Rp 16.745 (ouch!). Rata-rata tarif per malam untuk apartemen yang kami tinggali adalah Rp 1.590.778 atau EUR 95 untuk 4 orang. Atau EUR 23,75 per orang per malam.
 
Lokasi apartemen yang sangat strategis. Klik untuk memperbesar.
Pemandangan gereja ini yang terlihat begitu membuka pintu depan
Lorong menuju pintu depan
Pintu kamar apartemen yang tersembunyi
Begitu pesanan kami via airbnb disetujui tuan rumah, saya langsung melihat lokasi apartemen dengan Google Street View. Saya sempat deg-deg-an kalau apartemen tersebut tidak ada atau cuma fiktif. Paranoid banget karena baru pertama kali menggunakan airbnb. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu, karena kami sudah memilih listing yang punya beberapa review. Artinya apartemen ini benar-benar ada dan pernah disewakan ke orang.

Kami mencapai Paris dari Stasiun Gare du Nord, naik kereta Thalys dari Amsterdam. Dari stasiun, saya memutuskan untuk naik taksi karena tidak ingin menggotong koper naik tangga dan menyusuri jalan yang belum kami kenal. Alhamdulillah kami mendapat sopir taksi yang sangat ramah, orang Perancis asli. Kami beruntung naik taksi ini, meski mobilnya butut, karena Si Sopir mau sedikit bercerita dan memberi rekomendasi tempat-tempat yang wajib kami kunjungi di Paris. A nice introduction. Biaya taksi ini hanya EUR 13 untuk perjalanan sekitar setengah jam.

Saya lega begitu sopir taksi menemukan alamat apartemen ini. Senyum saya semakin cerah ketika pintu abu-abu bernomor 193 berhasil kami buka dengan memasukkan kode dari Julien. Setelah melewati lorong yang panjang, akhirnya kami sampai ke pintu kamar apartemen yang sama persis dengan foto yang diunggah di listing airbnb. Pintunya bisa dibuka dengan kunci manual yang kami ambil dari kotak surat Julien. Yay! Tuan rumah memang tidak menyambut kami, jadi perjalanan mencari apartemen ini seperti teka-teki yang bikin deg-deg-an.

Kondisi apartemen persis sama dengan foto-foto di listing. Apartemen ini satu studio di lantai dasar dan satu kamar di bawah tanah. Kami bersyukur apartemen ini ada di lantai dasar, tidak perlu menggotong koper lewat tangga karena biasanya apartemen di bangunan lama Paris tidak ada lift-nya.

Apartemen ini sederhana dan tidak cantik, seperti listing lainnya. Tapi sudah cukup memenuhi kebutuhan kami. Anak-anak tidur di sofabed di ruang atas, yang sekaligus jadi ruang makan dan dapur. Kamar mandi kecil ada di sebelah dapur. Air hangat dari pancuran berfungsi normal. Julien menyediakan handuk untuk kami berempat dan juga selimut untuk sofa bed dan kasur di bawah.

Yang membuat kami senang adalah wifinya yang langsung nyambung dengan koneksi yang cepat. Wush... wush... TV yang salurannya berbahasa Perancis semua terpaksa kami cuekin :p

Dapur mungil apartemen ini juga membantu kami menghemat anggaran makan. Semua alat tersedia: kompor, microwave, pemanas air, panci, sudip, piring, gelas, sendok, bahkan mesin pembuat kopi. Satu alat yang rusak adalah pemanggang roti, jadi kami memanggang dengan wajan. Kalo rice cooker, saya bawa sendiri yang ukuran kecil :) Bahan-bahan makanan yang ada di pantry juga bisa kami gunakan, antara lain beras, kopi, gula, garam dan pasta. Saya pun meninggalkan sesuatu untuk penghuni berikutnya: kecap manis! :D 

Hidangan yang berhasil saya siapkan di dapur sederhana ini antara lain: fish & chips, gado-gado, chicken nugget, pasta, nachos, omelet, sardin, dan nasi goreng. Tak lupa ditambah hidangan nasional kita: Indomie goreng, hahaha. Saya tidak memasak sayur, hanya membuat salad dan lalapan. Kami juga selalu makan buah, membawa apel dan pisang untuk ganjal perut di perjalanan. Pilihan tempat belanja dekat apartemen adalah Carrefour Express (50 meter) atau Monoprix (250 meter).


Open plan studio. Foto dari listing Airbnb
Dapur dengan peralatan lengkap. Foto dari listing Airbnb
Big A dan Little A langsung merasa nyaman di sofabed
Tangga menuju kamar bawah tanah yang cukup curam
Kamar dengan double bed di ruang bawah tanah
Kami cukup nyaman di sini. Hanya saja kamar bawah terasa lebih dingin. Saya sampai harus menyalakan heater, padahal ini musim panas. Saya juga sempat mencuci baju dengan mesin cuci yang ada. Karena tidak ada pengeringnya, baju-baju kami gantung di mana-mana, termasuk kami angin-anginkan di dekat heater.

Selama tujuh malam di sini kami tidak pernah berpapasan dengan tetangga. Cuma sayup-sayup mendengar suara mereka. Suasana cukup sepi. Saya suka dengan pengalaman pertama airbnb Paris ini karena bisa merasakan tinggal di daerah yang Paris banget. Rue St Honore terletak di arrondissement (distrik) 1, atau kawasan tua di Paris. Bangunan-bangunan tetangga sangat khas dan cukup enak dipandang. Jalan-jalan di sekitarnya kecil, dipenuhi dengan butik dan kafe. Meski penginapan kami sendiri tidak mewah, kami mendapat lingkungan yang cukup keren :)

Apartemen ini saya rekomendasikan untuk keluarga yang ingin penginapan murah di pusat kota. Sofabed-nya cukup nyaman untuk dua anak atau satu orang dewasa. Tapi mungkin tangga yang curam ke ruang bawah tanah cukup berbahaya untuk anak balita dan akan merepotkan untuk orang yang sudah tua. Itu saja kekurangan apartemen ini. Kalau nilai plusnya yang pasti, dari sini kami tinggal jalan kaki ke mana-mana: minimarket Carrefour (50m), taman Tuileries (100m), stasiun Metro Tuileries (100m), stasiun Metro Pyramide (200m) dan museum Louvre (250m).
 
Kalau pengen dapat voucher $25 (lumayan, kan?) dari Airbnb, daftar pakai link ini: www.airbnb.com/c/akumalasari. Baca caranya di sini.


100m dari taman Tuileries

~ The Emak


Baca juga #EuroTrip:
VISA 
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga  
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen

TRANSPORTASI 
Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa 
Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa  
Terbang Ke Eropa Dengan Emirates

ITINERARY
Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!
 
PENGINAPAN
Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  
 
Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam

 
PACKING  
Tip Packing Ke Eropa

Comments

Popular posts from this blog

Tips Packing ke Australia dan New Zealand

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo. Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money. Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic . Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan. Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

Impian saya jalan-jalan ke Eropa akhirnya terkabul tahun ini. Alhamdulillah. Senang dan semangat banget bikin rencana dan itinerary. Tapi... tentunya harus mau ribet dikit ngurus visa. Schengen itu apa? Wilayah Schengen meliputi 26 negara di Eropa yang telah menghapuskan pemeriksaan paspor di perbatasannya. Kalau kita memiliki visa Schengen, kita bisa bebas keluar masuk 26 negara tersebut tanpa pemeriksaan paspor lagi. Dengan kata lain, ketika kita mengajukan visa (izin berkunjung) ke salah satu negara yang termasuk di wilayah Schengen, kita mendapat bonus visa ke 25 negara lainnya. Jadi sebenarnya rugi besar kalau visa Schengen cuma digunakan untuk berkunjung ke satu negara saja :) Berikut daftar negara-negara di Eropa yang termasuk di wilayah Schengen: 1. Austria 2. Belgia 3. Czech Republic 4. Denmark 5. Estonia 6. Finlandia 7. France (Perancis) 8. Germany (Jerman) 9. Greece (Yunani) 10. Hungaria 11. Iceland 12. Italia 13. Latvia 14. Liechtenstein 15. Lithuania 16. Luxembourg 17. Mal

Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai?

  Tadinya, untuk liburan ke Legoland, kami akan terbang langsung dari bandara Juanda Surabaya ke Senai Airport, Johor Bahru, dengan Air Asia. Apalagi The Emak sudah sukses mendapatkan tiket 0 rupiah setahun sebelumnya *bangga mode on *. Tapi ternyata jadwal keberangkatan kami bertepatan dengan meletusnya Gunung Kelud. Hujan abu vulkanik membuat bandar Juanda ditutup dan semua penerbangan dibatalkan. Saya terpaksa mengatur ulang rencana jalan-jalan ke Legoland. Kali ini kami akan terbang ke Changi Airport, Singapura. Bentar, sebelum lanjut, di mana sih Johor Bahru ini? Coba kita ingat pelajaran geografi, atau... yang lebih gampang sih buka Google Map aja :) Johor Bahru adalah kota paling selatan di semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Singapura, hanya dipisahkan oleh selat Johor. Legoland terletak 35 km dari kota (JB Sentral), bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan taksi. Turis Indonesia punya dua pilihan: ke Legoland via Senai Airport atau Changi Airport. Dari bandara Senai menuju Le