Skip to main content

Review Tune Hotels Downtown Penang

Di depan Tune Hotels Downtown Penang
Tune hotels memang murah sih, tapi...

Setelah mendapat tiket murah dari Surabaya ke Penang, saya mulai cari-cari hotel. Karena menginap dua malam, saya memutuskan untuk menginap semalam di kota (Georgetown) dan semalam lagi di tepi pantai Batu Ferringhi, 45 menit naik bis dari kota.

Ada beberapa pilihan akomodasi murah di Georgetown. Tapi karena saya punya kredit (poin) setelah membatalkan pesanan Tune Hotels di Danga Bay Johor Bahru, mau tak mau saya menggunakan poin tersebut untuk memesan Tune hotel di Penang. Ya daripada keluar uang lagi kan. Ada dua pilihan sebenarnya, Tune Downtown di Jalan Burma atau Armenian St Heritage Hotel yang dikelola oleh Tune. Sayangnya tarif Heritage Hotel di Armenian St ini lebih mahal. Wajar sih, karena lokasinya sangat strategis di tengah-tengah heritage site kota Georgetown. Karena nggak mau keluar uang lagi, saya pesan kamar quad Tune Downtown Penang via website mereka. Pilihan yang sedikit saya sesali sebenarnya.

Tarif Tune hotels memang lumayan murah, dibanding hotel-hotel lainnya. Untuk family room atau quad room saya membayar RM 179,80 atau setara dengan Rp 630.000. Kamar quad ini sebenarnya dua kamar yang dihubungkan oleh pintu penghubung, two connecting rooms. Satu kamar adalah kamar dengan queen bed, satunya lagi kamar dengan dua single bed. Kamar mandi ada di masing-masing kamar, jadinya kami dapat dua kamar mandi. Precils bakal seneng dapat kamar sendiri, dan Emaknya apalagi, bisa berduaan dengan Si Ayah. Itu rencananya.

Enam ratus ribu dapat dua kamar hitungannya lumayan murah kan? Tarif untuk quad room sudah termasuk AC 24 jam. Yup, jangan terkecoh, biasanya harga AC belum termasuk kalau kita pesan dari website Tune, untuk kamar selain Quad. Si Ayah geleng-geleng kepala, "AC harus bayar lagi?" Ho oh, kecuali udah hepi dengan kipas angin aja, gratis :p Selain AC, handuk dan sabun juga harus bayar, RM 6. Saya sih sudah siap-siap handuk dan sabun dari rumah. Internet juga harus bayar, RM 12 untuk koneksi 24 jam. Yang ini saya harus belikan untuk Si Ayah biar orangnya bisa tersenyum kembali. Apa lagi yang harus bayar di Tune hotel? Nitip tas! Ini juga harus bayar, masing-masing RM 2, dan harus dibawa sendiri ke ruang penyimpanan. Saking apa-apa bayar, Big A sampai nanya, "Do we have to pay for the water, Mom?" ketika akan mandi. Untungnya yang satu ini gratis :D


Proses cek in mulus dan cepat. Sayangnya waktu kami mendapati kamar kami di lantai tujuh, bau asap rokok terasa menyengat sekali. Haduh, kami paling tidak tahan oleh bau asap rokok. Kamar sempit nggak masalah, handuk dan sabun bawa sendiri nggak masalah, nggak ada TV nggak masalah. Tapi bau asap rokok? Lagipula, bukannya ini non-smoking hotel? Ada tanda larangan merokok dimana-mana. Saya bergegas ke lobi untuk meminta ganti kamar. Nggak mungkin lah kami bisa bernapas di kamar seperti itu. Sebelnya, petugas nggak merasa bersalah atau merasa bahwa bau asap rokok itu masalah besar. Lha piye? Mereka mau membersihkan kamar, katanya. Si Ayah ngeyel minta ganti kamar, daripada bengek kambuh, kan?

Gara-gara kamar bau asap rokok ini, Si Ayah jadi cranky (siapa yang enggak, coba?). Apalagi... kami kelaparan! Di dekat Tune sebenarnya ada foodcourt, tapi baru buka malam hari. Di sebelahnya lagi ada warung, tapi... nggak mau jual ke kami karena semua masakan ada kecap babinya. Haduh! Kami harus berjalan sekitar 200m dalam keadaan lapar dan haus dan kesal, sampai akhirnya bertemu warung pinggir jalan yang buka, dan halal :) Emosi surut seiring perut kami terisi tom yam, ayam kicap, nasi goreng cili padi dan bihun goreng. Bahkan Little A mendapat apel gratis dan Si Ayah diberi lauk ikan gratis. Haha, mungkin kasihan sama kami yang tampangnya kelaparan banget. Lebih murah warungnya, lebih ramah orangnya?

Pulang dari makan di warung pinggir jalan, kamar kami yang baru di lantai sembilan sudah siap. Syukurlah yang ini tidak bau asap rokok lagi. Kamar beranjang dobel ada jendela yang bisa dibuka. Pemandangan dari kamar lumayanlah, menghadap kota dan gunung. Kami bahkan bisa mengintip TV layar lebar yang dipasang di pinggir jalan. Di kamar, jelas nggak ada TV-nya :))

Meskipun terasa sempit seperti kamar kos (11-12 meter persegi), kamar hotel ini cukup nyaman. Asal pilih yang berjendela ya. Mungkin saya bakalan sesak napas kalau hanya dapat kamar sempit tanpa jendela. Malamnya kami bisa tidur nyenyak di ranjang Tune yang cukup nyaman. Pancuran air panas di kamar mandinya juga bekerja dengan baik. AC nggak ada masalah, meski pertamanya kami nggak bisa mematikan kipas angin gara-gara baterai remote habis. Big A yang pintar mengatasi masalah seperti ini. Kalau mau minta air minum dingin (atau panas), tersedia isi ulang di lobi. Di sebelah hotel ini juga ada toko 7-eleven untuk kebutuhan kecil-kecil dan mendadak.

Kamar double bed, setelah dipakai sbg trampolin oleh Little A
Little A is happy, Si Ayah is cranky :p
Kamar mandi, di sebelah kanan adalah pintu hubung kamar satunya
view dari lantai 9
Meskipun namanya Penang Downtown, lokasi hotel ini tidak terlalu di tengah kota. Untuk berburu kuliner, street art dan ke museum, kita bisa menggunakan bis gratis Rapid Penang CAT. Halte terdekat dengan Tune hotel jaraknya sekitar 300 meter, di jalan Transfer. Jalur bis gratis dengan 19 halte bisa diunduh di sini.

Dari airport ke hotel, kami menggunakan taksi bandara (limo), dengan tarif RM 44,70. Dari hotel ke foodcourt di Gurney Drive, kami juga menggunakan taksi tanpa argo, habisnya 2x RM 18. Bisa ditawar sih, tapi kami kurang ahli soal itu. Untuk ke daerah Batu Ferringhi, kami naik bis jalur 101 dari halte 200m dari hotel, masih di Jalan Burma. Tarif bis untuk berempat RM 8.10 dengan lama perjalanan sekitar satu jam karena kondisi jalan yang ramai.

Hotel Tune ini hanya saya sarankan kalau tidak ada pilihan lain di Georgetown, karena lokasinya yang kurang bagus, servisnya yang dibawah standar dan terutama karena 'kejutan' asap rokok di kamar. The Tante, ketika bulan madu, pernah menginap di 1926 Heritage Hotel, masih di Jalan Burma juga. Hotel ini cukup murah, sarapannya lumayan dan bahkan ada kolam renangnya. Kalau waktu liburan terbatas, sebaiknya pilih penginapan yang dekat (bisa jalan kaki) dengan salah satu atraksi wisata atau pilihan kuliner. Misalnya kalau mau melihat-lihat street art, mending menginap di Heritage Hotel di Armenian St atau penginapan lain di Lebuh Chulia. Ada yang punya rekomendasi penginapan murah untuk keluarga di Georgetown?

Halte bus gratis terdekat (300m) dari Tune Hotel, di Jl. Transfer
Halte di Jalan Burma (200m dari hotel) untuk bus menuju pantai Batu Ferringhi

~ The Emak

Baca juga:
Penang With Kids: Itinerary & Budget
Menjelajah Penang: Seni, Sejarah, Kuliner & Pantai 
Holiday Inn Resort Penang [Review Penginapan] 
Mencicipi Kuliner Penang 
Made In Penang: Seru-Seruan di Museum Interaktif 

Comments

Popular posts from this blog

Tips Packing ke Australia dan New Zealand

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo. Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money. Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic . Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan. Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

Impian saya jalan-jalan ke Eropa akhirnya terkabul tahun ini. Alhamdulillah. Senang dan semangat banget bikin rencana dan itinerary. Tapi... tentunya harus mau ribet dikit ngurus visa. Schengen itu apa? Wilayah Schengen meliputi 26 negara di Eropa yang telah menghapuskan pemeriksaan paspor di perbatasannya. Kalau kita memiliki visa Schengen, kita bisa bebas keluar masuk 26 negara tersebut tanpa pemeriksaan paspor lagi. Dengan kata lain, ketika kita mengajukan visa (izin berkunjung) ke salah satu negara yang termasuk di wilayah Schengen, kita mendapat bonus visa ke 25 negara lainnya. Jadi sebenarnya rugi besar kalau visa Schengen cuma digunakan untuk berkunjung ke satu negara saja :) Berikut daftar negara-negara di Eropa yang termasuk di wilayah Schengen: 1. Austria 2. Belgia 3. Czech Republic 4. Denmark 5. Estonia 6. Finlandia 7. France (Perancis) 8. Germany (Jerman) 9. Greece (Yunani) 10. Hungaria 11. Iceland 12. Italia 13. Latvia 14. Liechtenstein 15. Lithuania 16. Luxembourg 17. Mal

Tip Belanja Belanji di Sydney

Window display di QVB Setahun sekali di Sydney, ada hari khusus untuk berbelanja gila-gilaan, ketika SEMUA toko menawarkan diskon. Mereka menyebutnya Boxing Day . Saya menyebutnya Hari Raya Berbelanja :) Boxing Day dirayakan setiap tanggal 26 Desember, satu hari setelah Natal. Tadinya saya pikir Boxing Day ini berkaitan dengan 'tinju', tapi tinju yang bagaimana? Ternyata bukaaan. Pada awalnya, Boxing Day ini diramaikan dengan memberikan hadiah (natal) untuk orang-orang miskin, yang dikemas dalam kotak (box). Tapi maknanya kemudian bergeser menjadi hari belanja untuk menghabiskan uang lebaran atau angpao :) Biasanya, sebelum datang tanggal ini, orang-orang sudah mengincar apa yang ingin mereka beli pada Boxing Day. Katalog SALE bisa dilihat di internet, website masing-masing toko atau di Lasoo . Pasukan belanja sampai mati ini biasanya mengincar merk-merk terkenal, gaun-gaun disainer yang hanya memberi diskon setahun sekali pada hari tersebut. Nggak heran kalau mereka sampai bel