Skip to main content

Keliling Australia Dengan Campervan

Campervan kami melintas di jalan menuju Meningie, Australia Selatan
Akhirnya cita-cita saya kami keliling Australia dengan campervan tercapai juga. Sepuluh hari terakhir sebelum meninggalkan negara ini, kami mengepak semua barang-barang (dan anak-anak) dan menyusuri seribu lima ratus kilometer dari Adelaide ke Melbourne.

Road trip dengan campervan sudah menjadi cita-cita saya kami sejak kami ingin menjelajah Pulau Selatan New Zealand. Sayangnya waktu itu kami belum siap untuk ber-campervan ria, masih unyu dan belum punya cukup jam terbang menyusuri jalan-jalan di Oz dan NZ. Rasa takut dan ragu mengalahkan kami sampai akhirnya gagal menyewa campervan. Nah, sebelum pulang kampung balik ke Indonesia karena masa studi Si Ayah berakhir, kami punya waktu sepuluh hari untuk jalan-jalan. Saya langsung usul untuk mencoba road trip dengan campervan. Kapan lagi, iya kan? 

Jalan-jalan dengan menyewa campervan sudah menjadi gaya hidup tersendiri di Australia dan New Zealand. Kami berani melakukan ini juga karena fasilitas pendukung di kedua negara ini lengkap: jalan antar kota mulus, petunjuk jalan jelas, caravan park (tempat parkir caravan sekaligus tempat camping) ada hampir di setiap kota. Pokoknya bakalan aman dan nyaman :) Kami memilih rute ber-campervan mulai dari Adelaide sampai ke Melbourne. Alasannya sederhana saja, dari delapan negara bagian di Australia, tinggal South Australia ini yang belum kami kunjungi. Ditambah lagi, kami ingin mampir ke Twelve Apostles di Great Ocean Road, salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi di Australia. Begitulah cara kami say goodbye ke Australia: menyusuri garis pantai dari Adelaide ke Melbourne melalui The Great Ocean Road.

Campervan, atau versi yang lebih besarnya disebut motorhome adalah mobil yang sudah dimodifikasi interiornya, dilengkapi dengan tempat tidur, dapur dan kadang kamar mandi. Dengan campervan, kita seperti membawa serta rumah kita (kayak keong :p) dalam perjalanan. Kita tidak perlu menyewa penginapan sepanjang perjalanan karena bisa tidur di mobil. Lalu apa bedanya dengan caravan? Kalau yang satu ini seperti 'rumah' yang harus ditarik/ditowing dengan mobil (biasa). Caravan tidak punya mesin sendiri, tapi punya roda. Keuntungan menggunakan caravan, kita bisa melepaskan gandengan dan meninggalkan 'rumah' ini di Caravan Park, sehingga bisa pergi jalan-jalan di kota atau tempat wisata dengan mobil biasa. Caravan digemari oleh para pensiunan dan warga senior. Penduduk Aussie yang suka berpetualang biasanya mempunyai caravan sendiri yang disimpan di backyard.

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan jalan-jalan dengan campervan. Jangan sampai menyewa campervan hanya karena ikut-ikutan atau gaya-gayaan saja. Minimal kita sudah punya bayangan bakal seperti apa perjalanan dengan campervan ini, jangan sampai menyesal di tengah jalan, karena harga sewa kendaraan ini juga tidak murah. Tipe keluarga yang ingin selalu tidur nyaman di kasur hotel empuk dengan pengatur suhu udara, sebaiknya jangan menyewa campervan. Traveling jenis ini cocoknya untuk keluarga 'gembel' kayak kami yang tidak keberatan tidur di kasur lipat, memasak makanan sendiri, serta berbagi kamar mandi dan toilet dengan traveler lain.

Meskipun tempat tidur tidak senyaman seperti di hotel, traveling dengan campervan punya beberapa keunggulan. Yang pertama tentu saja kita tidak perlu repot-repot menyewa hotel, cek in dan cek out. Tidak perlu bongkar-bongkar koper dari mobil ke hotel, ke mobil lagi. Dengan campervan, kita bisa tidur lebih dekat dengan alam, karena campervan bisa diparkir di tepi danau, sungai, bahkan pantai. Pagi-pagi begitu buka jendela, langsung disuguhi pemandangan alam yang mengagumkan. Kalau menginap di hotel, biasanya perlu merogoh kocek lebih dalam untuk mendapat kamar dengan pemandangan terbaik. Satu lagi kelebihan campervan: outdoor dining. Selama perjalanan ini, kami selalu sarapan, makan siang dan makan malam dengan pemandangan berbeda-beda, di bawah atap langit. Dengan catatan nggak hujan ya :p

Mahal nggak sih menyewa campervan? Saya pernah menghitung-hitung, budget jalan-jalan dengan campervan hampir sama dengan budget menyewa mobil biasa dan menginap di motel. Anggaran campervaning tentu lebih hemat kalau dibandingkan road trip dengan menginap di hotel atau apartemen. Tapi masih lebih mahal sedikit dibandingkan road trip dengan camping alias mendirikan tenda sendiri.

Selain menyiapkan anggaran untuk menyewa campervan itu sendiri, kita harus menyiapkan anggaran untuk biaya parkir campervan (bermalam) di caravan park. Saya pernah baca di New Zealand, banyak tempat yang boleh digunakan untuk parkir dan bermalam gratis. Sedangkan di Australia, tempat-tempat parkir campervan yang dikelola pemerintah setempat biasanya tetap memungut biaya, meskipun kecil. Kadang tempat ini tidak ditunggu, pemilik campervan tinggal mendaftar sendiri dan memasukkan uang di kotak yang disediakan. Yak, semacam kantin kejujuran gitu deh :) Biaya parkir semalam ini bervariasi, tergantung fasilitas dan lokasi caravan park-nya, berkisar antara A$15 - A$50, separuh dari sewa motel. 

Parkir di Warnambool
Makan siang di Robe, SA. Caravan park-nya sepi.

Memilih Campervan Yang Tepat
Sudah yakin mau mencoba road trip dengan campervan? Kalau serius mau coba, langsung pilih saja jenis campervan atau motorhome yang sesuai. Yang pertama, menentukan berapa orang yang bakal diangkut di campervan. Dalam kasus kami dua dewasa dan dua anak-anak. Ada campervan yang hanya muat 2 orang, ada yang sampai muat 6 orang. Setelah itu, tentukan gaya perjalanan dan budget kita: hemat banget, menengah atau mewah. Ada pilihan campervan hemat banget, biasanya untuk kalangan backpacker. Campervan ini biasanya sangat sederhana, hanya mobil van biasa yang kursinya dijadikan kasur dan belakangnya dijadikan semacam dapur darurat. Biasanya kompor dan bak cuci piringnya tidak built in. Campervan dengan fasilitas lengkap, tapi usianya lumayan tua juga masuk kelas hemat. Sementara campervan atau motorhome kelas mewah/luxury biasanya dipilih oleh para pensiunan (warga senior) di sini yang memang kelebihan uang dan waktu :) Interior motorhome mewah ini udah mirip hotel bintang lima, dilengkapi TV dan DVD player segala. Kami sendiri memilih campervan kelas menengah, cukup nyaman, tapi tidak terlalu mahal.

Ada dua grup besar penyedia layanan sewa campervan di Australia dan New Zealand: Britz dan Apollo. Dua grup yang bersaing ketat ini punya brand campervan dari tiap-tiap kelas. Dari grup Britz ada Mighty Campers untuk budget campervan, Britz untuk kelas menengah dan Maui untuk kelas atas. Dari grup Apollo ada Cheapa Campa untuk kelas hemat, Apollo untuk kelas menengah dan StarRV untuk kelas mewah. Sila cek masing-masing website untuk membandingkan harga dan spek-nya, Kakak :))

Sejak beberapa bulan sebelum berangkat, saya bolak-balik membandingkan campervan yang saya incar di website Britz dan Apollo. Kriteria yang saya inginkan adalah: mobil otomatis, bisa untuk dua dewasa dan dua anak, bisa dipasangi satu car seat (wajib untuk anak di bawah 7 tahun), tidak perlu kamar mandi, bisa diambil di Adelaide dan dikembalikan di Melbourne (sesuai itinerary), kendaraan terbaru dan harganya MURAH! Yang sesuai dengan kriteria ini adalah Voyager dari Britz dan Endeavour dari Apollo. Harga sewanya mirip banget, bisa dicek langsung di website mereka dengan memasukkan tanggal yang diinginkan. Akhirnya saya pilih Apollo karena lay out tempat duduk mereka lebih cocok, kursi anak-anak ada di tengah, di depan dapur. Sementara lay out Britz, kursi anak-anak jauh di belakang, dapurnya yang di tengah.

Oh, ya, tentang pilihan kamar mandi dan toilet, saya tidak ingin menyewa campervan dengan toilet karena wajib membuang 'kotoran' kita sendiri dari penampungan ke dump waste. Si Ayah, apalagi saya males, hehe. Mending kami selalu sewa caravan park yang punya fasilitas kamar mandi dan toilet. Lagipula, di setiap tempat wisata di Australia pasti ada toilet umum yang bersih dan gratis.

Kami menyewa Endeavour selama 10 hari dengan harga sewa $93 per hari. Waktu itu sedang ada diskon 10%, lumayan. Harga sewa ini masih ditambah 'value pack' seharga $65 per hari. Value pack ini isinya segala peralatan yang bakal kita butuhkan di perjalanan: isi tabung gas untuk kompor, meja lipat, kursi lipat, selimut atau sleeping bag, car seat jika dibutuhkan, biaya one way (kalau diambil dan dikembalikan ke tempat berbeda) dan liabilitas atau semacam asuransi. Yang terakhir ini yang penting. Sebenarnya value pack tidak wajib dan bisa disewa secara eceran. Tapi tanpa tambahan asuransi, kita diwajibkan memberikan deposit (bisa dari kartu kredit) sebesar $5000. Duh, limit kartu aja gak sampai segitu! Atau, bisa juga membeli tambahan sedikit asuransi agar deposit dikurangi menjadi 'hanya' $2500. Deposit atau biaya liabilitas ini nantinya untuk mengganti kerusakan pada campervan kalau terjadi apa-apa di jalan (amit-amit jabang bayi). Saya benar-benar menyarankan untuk mengambil value pack ini, sehingga kita tinggal bayar deposit $250. Kalau ada apa-apa di jalan, harga segitu saja yang harus dibayar. Lebih baik beli asuransi maksimal untuk jaga-jaga, apalagi ini bukan negara punya nenek moyang kita :) Total yang harus saya Si Ayah bayar untuk menyewa campervan selama sepuluh hari, termasuk asuransi adalah A$ 1.487. Oh, ya, biasanya ada batas minimal sewa campervan ini, tergantung perusahaannya, ada yang minimal 7 hari sampai yang minimal 10 hari.

belum dipakai, masih rapi :)
denah campervan Endeavour
dari www.apollocamper.com
tempat duduk precils di tengah
Endeavour ini dimodifikasi dari mobil Toyota HiAce. Atapnya diberi tambahan untuk tempat tidur anak-anak dan supaya kita bisa berdiri tanpa membungkuk ketika bekerja di dapur. Sistem transmisinya otomatis, seperti kebanyakan mobil di Australia dan New Zealand. Jadi kita tidak usah repot-repot pindah kopling. Ketika memesan campervan via online, di salah satu kolom, kita akan ditanya punya SIM dari negara mana. Tentu sebutkan Indonesia :) Untuk bisa menyewa dan menyetir mobil di Australia dan New Zealand, kita perlu menerjemahkan SIM A kita ke bahasa Inggris di penerjemah tersumpah. Atau, kalau mau repot dikit, sila membuat SIM Internasional di kepolisian. Tentang SIM pernah saya bahas di sini.

Siang hari ketika kami dalam perjalanan, konfigurasi tempat duduk seperti layaknya mobil biasa. Saya dan Si Ayah duduk di depan, sementara The Precils duduk di tengah. Di sini, sabuk pengaman wajib dipasang untuk semua penumpang, baik yang di depan maupun yang di belakang. Anak umur di bawah 7 tahun harus menggunakan car seat atau booster, yang juga disediakan oleh Apollo kalau kita pesan lebih dahulu. Ketika mobil berjalan, pastikan seluruh laci tertutup, kompor dan aliran gas dimatikan serta tidak ada barang-barang yang masih ada di bak cuci piring. Jangan sampai nyesel kalau ada barang yang jatuh dan pecah.

Begitu sampai caravan park, kami mulai mengubah setting. Tempat duduk di tengah dijadikan kasur alias menjadi kamar utama. Kamar tidur anak-anak dipasang di atas. Kegiatan bongkar pasang ini sebenarnya mudah, tapi kami butuh upaya ekstra karena barang bawaan kami banyak sekali (maklum, pulang kampung). Lain kali, kami tidak akan membawa barang sebanyak ini kalau mau jalan-jalan dengan campervan.

Teorinya, Little A dan Big A tidur di atas, sementara Si Ayah dan The Emak tidur di bawah. Tapi pada prakteknya, Little A selalu mendusel ke tempat tidur kami. Nggak papa juga sih. Lagipula, suhu ketika kami melakukan perjalanan ini sangat dingin, masih sekitar 15 derajat meskipun sudah mulai memasuki musim semi di bulan September. Di campervan yang tanpa mesin penghangat ini, kami harus meringkuk di balik kantung tidur masing-masing.


'Kamar' utama
'Kamar' The Precils di atas
Agar perjalanan mulus tanpa ada yang uring-uringan, kami bagi-bagi tugas untuk mengurus rumah keong kami selama 10 hari ini. Si Ayah sudah jelas menyetir, memotret, cek in dan cek out di caravan park dan mencuci piring. Big A tugasnya bertanggung jawab urusan listrik (charger, microwave, lampu), membantu saya menyiapkan makanan, dan membantu mencuci baju di laundry. Little A tugasnya menghibur kami (of course!), makan sendiri dan membantu memeriksa persediaan air. Sementara saya tugasnya memandu jalan supaya tidak tersesat dan memastikan mereka tidak kelaparan. Artinya dapur harus selalu ngebul.

Ini yang asyik, dan merupakan tantangan tersendiri. Bagaimana menyiapkan makanan untuk sekeluarga tiap hari dari dapur nan mungil dan waktu yang terbatas ini? Ternyata nggak susah kok, asal anggota keluarga lain nggak rewel dan mau membantu. Yang pasti dapur mungil di campervan ini dilengkapi kulkas, microwave dan kompor gas dua tungku. Alat-alat masak seperti panji, wajan, sotil sudah ada. Alat makan seperti piring, gelas, sendok garpu juga disediakan. Kami tinggal berbelanja bahan mentah di supermarket dan simpan di kulkas.

Tipikal pagi hari kami dimulai dengan saya membuat kopi dan anak-anak minum susu. Kadang anak-anak sarapan sereal, minum Up and Go atau minta dibuatkan pancake. Standar makanan siang dan malam kami ada nasi/roti/pasta, lauk dan salad (lalapan). Lauknya yang bervariasi: telur, nugget, daging barbekyu, daging cincang untuk pasta atau sosis. Kadang kita makan darurat hanya dengan menghangatkan pie di microwave. Dan sekali-sekali tentu makan mie instan, hehe.

Yang agak repot, kami tidak membawa serta rice cooker kecil kesayangan kami. Rencananya saya akan membeli rice cooker ini di salah satu supermarket di Adelaide, kira-kira harganya $20. Tapi sayangnya barang yang kami inginkan tidak ada. Terpaksa kami menanak nasi ala berkemah, hanya dengan panci. Hasilnya tidak begitu bagus, tapi tetap saja kami makan karena kelaparan :D Di tengah perjalanan, kami membeli nasi instan (jasmine rice) di supermarket, yang cukup dihangatkan di microwave. Ini cukup menyelamatkan hidup kami.
 
Well, menu makan kami memang sederhana. Tapi yang penting, kami makan dengan pemandangan yang luar biasa :)

Dapur mungil. Utk masak... ehm... mie instan :p
Menyiapkan makan malam di West KI Caravan Park
Makan malam di Kangaroo Island
Setiap malam kami menginap di dalam campervan di caravan park yang berbeda. Karena bukan musim liburan, kami tidak perlu memesan tempat dulu di caravan park ini. Tinggal cek in di resepsionisnya. Daftar campervan park bisa di cek di buku panduan wisata pemerintah setempat atau bisa dicek online di booking site seperti Big 4. Ketika kami memasuki suatu kota, sekecil apapun, biasanya langsung ada petunjuk arah bergambar caravan. Tinggal ikuti petunjuk itu untuk sampai di caravan park terdekat.

Biaya rata-rata kami menginap adalah $40 per malam untuk site dengan power (listrik). Kami bebas menggunakan fasilitas yang ada di sini: kamar mandi, dapur, tempat barbekyu, dll. Setiap parkir di caravan park, kami harus men-charge campervan ini. Listrik ini yang nanti digunakan untuk lampu dan pompa air di bak cuci piring. Adanya colokan ini juga kesempatan bagi kami untuk men-charge gadget, dan menggunakan microwave. Karena perlu power yang besar, microwave hanya bisa dijalankan ketika mobil disambungkan dengan listrik. Jadi microwave tidak bisa kami gunakan ketika campervan sedang di jalan.

Salah satu 'musuh' campervanning adalah cuaca buruk. Kalau hari hujan, apalagi ditambah badai, kami langsung mati gaya. Apalagi kalau toilet lumayan jauh dari tempat kami parkir. Rasanya mending menahan pipis daripada menembus badai yang dingin. Kami mulai kena badai ketika perjalanan baru separuh. Di kota kecil Robe, angin bertiup sangat kencang sampai campervan kami bergoyang-goyang. Si Ayah saya bujuk untuk memarkir mobil ini miring sesuai arah angin. Cuaca mendung juga membuat hati galau hasil foto Si Ayah jadi sendu. Tapi kadang malah ada hasil foto dramatis dari mendung yang bergulung-gulung atau dari matahari yang tadinya pelit bersinar akhirnya menampakkan cahayanya sedikit.

Meskipun banyak keribetan berpetualang dengan campervan, perjalanan ini sangat mengesankan. The Precils senang dan excited untuk membantu kami bongkar pasang rumah mobil. Tapi terutama, mereka tidak sabar untuk segera sampai di Melbourne dan terbang ke Indonesia.

Kisah kami berkelana di masing-masing tempat akan saya tulis di postingan selanjutnya, mulai dari Adelaide, Kangaroo Island sampai ke Melbourne. 

Ada yang punya niatan segila kami untuk mengajak anak-anak ber-campervan?

Rute perjalanan kami dengan Campervan, dari Adelaide ke Melbourne
Parkir di Lorne, dijagain burung Kakatua
~ The Emak

Comments

Popular posts from this blog

Tips Packing ke Australia dan New Zealand

Tas keluarga The Precils. Foto oleh Radityo Widiatmojo. Golden rule of packing: Take half of the clothes you were planning to bring and twice the money. Aturan yang menurut saya bener banget itu saya baca dari artikel di website National Geographic . Barang bawaan seharusnya tidak membuat perjalanan menjadi merepotkan. Bagi kami, tambahan dua precils sudah cukup menyita perhatian, jangan ditambah dengan acara menyeret koper atau menggendong ransel yang berat. Tapi jangan khawatir, keahlian packing ini akan semakin meningkat seiring jumlah perjalanan yang dilakukan. Prinsip saya: bawa sesedikit mungkin. Dari foto di atas terlihat 5 tas yang biasa kami bawa kalau bepergian. Anak-anak punya koper mereka sendiri. Ini membuat mereka belajar mengepak dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka. Juga memudahkan kalau mereka mencari barang, selalu ada di koper mereka sendiri. Tas saya adalah ransel coklat kecil yang ringan digendong. Saya memilih ransel kecil karena dua tangan saya harus

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

Impian saya jalan-jalan ke Eropa akhirnya terkabul tahun ini. Alhamdulillah. Senang dan semangat banget bikin rencana dan itinerary. Tapi... tentunya harus mau ribet dikit ngurus visa. Schengen itu apa? Wilayah Schengen meliputi 26 negara di Eropa yang telah menghapuskan pemeriksaan paspor di perbatasannya. Kalau kita memiliki visa Schengen, kita bisa bebas keluar masuk 26 negara tersebut tanpa pemeriksaan paspor lagi. Dengan kata lain, ketika kita mengajukan visa (izin berkunjung) ke salah satu negara yang termasuk di wilayah Schengen, kita mendapat bonus visa ke 25 negara lainnya. Jadi sebenarnya rugi besar kalau visa Schengen cuma digunakan untuk berkunjung ke satu negara saja :) Berikut daftar negara-negara di Eropa yang termasuk di wilayah Schengen: 1. Austria 2. Belgia 3. Czech Republic 4. Denmark 5. Estonia 6. Finlandia 7. France (Perancis) 8. Germany (Jerman) 9. Greece (Yunani) 10. Hungaria 11. Iceland 12. Italia 13. Latvia 14. Liechtenstein 15. Lithuania 16. Luxembourg 17. Mal

Ke Legoland Malaysia, Via Changi Atau Senai?

  Tadinya, untuk liburan ke Legoland, kami akan terbang langsung dari bandara Juanda Surabaya ke Senai Airport, Johor Bahru, dengan Air Asia. Apalagi The Emak sudah sukses mendapatkan tiket 0 rupiah setahun sebelumnya *bangga mode on *. Tapi ternyata jadwal keberangkatan kami bertepatan dengan meletusnya Gunung Kelud. Hujan abu vulkanik membuat bandar Juanda ditutup dan semua penerbangan dibatalkan. Saya terpaksa mengatur ulang rencana jalan-jalan ke Legoland. Kali ini kami akan terbang ke Changi Airport, Singapura. Bentar, sebelum lanjut, di mana sih Johor Bahru ini? Coba kita ingat pelajaran geografi, atau... yang lebih gampang sih buka Google Map aja :) Johor Bahru adalah kota paling selatan di semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Singapura, hanya dipisahkan oleh selat Johor. Legoland terletak 35 km dari kota (JB Sentral), bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan taksi. Turis Indonesia punya dua pilihan: ke Legoland via Senai Airport atau Changi Airport. Dari bandara Senai menuju Le